Selama ini suntikan botox lebih dikenal dalam dunia kecantikan karena efektif menghilangkan kerutan di wajah. Namun botox yang sudah dikenal sejak lebih dari satu abad lalu ini berpotensi mengatasi berbagai penyakit, salah satunya migren kronik. Di Amerika Serikat, botox kini secara resmi diizinkan menjadi salah satu terapi migren.
Botox (Botulinum Toxin) sebenarnya merupakan racun dari botulinum yang ditemukan tahun 1827. Racun dalam makanan busuk itu jika dimakan akan mengakibatkan sakit, namun jika racun tersebut diproses sedemikian rupa bisa membantu penyembuhan gangguan pada otot.
Selama beberapa tahun para ilmuwan mengeksplorasi botox sebagai obat untuk berbagai penyakit. FDA juga telah mengeluarkan izin penggunaan botox untuk mengatasi gangguan otot berupa berkedip tanpa terkontrol, penyakit mata crossed eye, otot leher yang kejang, keringat berlebih serta gangguan otot lainnya. Di bidang kosmetik, botox sangat laris untuk mengatasi kulit yang mulai kendur.
Botox yang diinjeksikan di dahi efektif menghambat pembebasan neurotransmiter yang berhubungan dengan rasa sakit. Karena itu kini botox secara resmi dijadikan terapi untuk migren kronik. Berbeda dengan sakit kepala biasa, migren yang kronik sering ditandai dengan sakit kepala yang hebat, rasa mual, pening, sensitif terhadap cahaya dan suara.
Sebagai terapi migren, botox disuntikkan sebanyak 31 kali pada tujuh area, termasuk dahi, pelipis, belakang kepala, leher, dan pundak. Untuk mengatasi kondisi penyakit kronik, injeksi diberikan setiap tiga bulan sekali. Diperkirakan ongkos yang harus dikeluarkan pasien berkisar antara 1.000 - 2.000 dollar AS, tergantung pada obat yang dipakai dan jasa dokter.
Meski demikian, banyak orang yang skeptis pada keberhasilan botox mengatasi migren. Meski pasien yang terlibat dalam penelitian mengatakan adanya perbaikan dalam sakitnya, namun pasien yang mendapatkan suntikan placebo juga mengatakan kondisi yang lebih baik.
Penggunaan botox di seluruh dunia, baik untuk kosmetik atau medis tahun lalu mencatat penjualan hingga 1,3 miliar dollar Amerika. Setelah dikeluarkannya izin dari FDA untuk mengatasi migren, diperkirakan penjualannya akan melebihi hasil dari penjualan di bidang kosmetik.
Saat ini botox juga tengah dikaji untuk mengatasi berbagai penyakit, salah satunya overactive bladder (penyakit sulit menahan kencing). "Saat ini orang lebih mengenal botox sebagai terapi kosmetik, tapi dalam lima tahun mendatang penggunaan botox di bidang terapi medis akan melebihi penggunaannya sebagai kosmetik," kata Dr.Scott M.Whitcup, dari Allergen, perusahaan riset yang mengembangkan botox untuk terapi migren.
Sumber: health.kompas
Botox (Botulinum Toxin) sebenarnya merupakan racun dari botulinum yang ditemukan tahun 1827. Racun dalam makanan busuk itu jika dimakan akan mengakibatkan sakit, namun jika racun tersebut diproses sedemikian rupa bisa membantu penyembuhan gangguan pada otot.
Selama beberapa tahun para ilmuwan mengeksplorasi botox sebagai obat untuk berbagai penyakit. FDA juga telah mengeluarkan izin penggunaan botox untuk mengatasi gangguan otot berupa berkedip tanpa terkontrol, penyakit mata crossed eye, otot leher yang kejang, keringat berlebih serta gangguan otot lainnya. Di bidang kosmetik, botox sangat laris untuk mengatasi kulit yang mulai kendur.
Botox yang diinjeksikan di dahi efektif menghambat pembebasan neurotransmiter yang berhubungan dengan rasa sakit. Karena itu kini botox secara resmi dijadikan terapi untuk migren kronik. Berbeda dengan sakit kepala biasa, migren yang kronik sering ditandai dengan sakit kepala yang hebat, rasa mual, pening, sensitif terhadap cahaya dan suara.
Sebagai terapi migren, botox disuntikkan sebanyak 31 kali pada tujuh area, termasuk dahi, pelipis, belakang kepala, leher, dan pundak. Untuk mengatasi kondisi penyakit kronik, injeksi diberikan setiap tiga bulan sekali. Diperkirakan ongkos yang harus dikeluarkan pasien berkisar antara 1.000 - 2.000 dollar AS, tergantung pada obat yang dipakai dan jasa dokter.
Meski demikian, banyak orang yang skeptis pada keberhasilan botox mengatasi migren. Meski pasien yang terlibat dalam penelitian mengatakan adanya perbaikan dalam sakitnya, namun pasien yang mendapatkan suntikan placebo juga mengatakan kondisi yang lebih baik.
Penggunaan botox di seluruh dunia, baik untuk kosmetik atau medis tahun lalu mencatat penjualan hingga 1,3 miliar dollar Amerika. Setelah dikeluarkannya izin dari FDA untuk mengatasi migren, diperkirakan penjualannya akan melebihi hasil dari penjualan di bidang kosmetik.
Saat ini botox juga tengah dikaji untuk mengatasi berbagai penyakit, salah satunya overactive bladder (penyakit sulit menahan kencing). "Saat ini orang lebih mengenal botox sebagai terapi kosmetik, tapi dalam lima tahun mendatang penggunaan botox di bidang terapi medis akan melebihi penggunaannya sebagai kosmetik," kata Dr.Scott M.Whitcup, dari Allergen, perusahaan riset yang mengembangkan botox untuk terapi migren.
Sumber: health.kompas
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Komentarnya. No Porn No Spam